Bakung Putih/Crinum asiaticum L.

Bakung Putih/Crinum asiaticum L.
Bakung Putih
Crinum asiaticum L.
Bakung berasal dari Asia Tenggara yang kemudian menyebar ke kawasan tropis lainnya dan bahkan ke daerah-daerah subtropis.Banyak ditemukan di dataran rendah sampai 700 m di atas permukaan laut, khususnya di tempat-tempat yang lembab tanahnya dan banyak humusnya, di tepi sungai, gundukan di pantai dan sekitar danau juga di tepi hutan, Bakung dikenal sebagai tanaman hias, biasa ditanam di halaman. Selain sebagai tanaman hias bakung juga bisa digunakan sebagai tanaman obat. Pengembangbiakan dapat dilakukan dengan umbi atau bijinya. Herba tahunan dengan tinggi 0,5-1,3 m, mempunyai umbi lapis yang besar dengan diameter 5-10 cm. Pada ujung umbi ada batang semu dengan tunas samping yang tingginya 9-75 cm. Daun duduk, berbentuk pita atau lanset, panjang 3-120 cm, lebar 3-18 cm, urat-urat daun sejajar tampak jelas. Bunga tersusun dalam bentuk payung, terdiri atas 10 - 40 bunga yang berwarna putih dan bebentuk corong. Buahnya berupa buah kotak yang mempunyai kulit tipis, bentuknya bulat telur terbalik, merekah menjadi dua rongga bila masak, berbiji 1-5. Bijinya besar-besar, bentuknya bundar gepeng dan kulit bijinya berlapis lendir.

Familia : Amaryllidaceae. 

Sinonim : Crinum rhunpii Meer. = Crinum sinicum Roxb



Nama Indonesia
Sumatra : Bakung (Melayu), bawang hutan, bawang tembaga, kajang-kajang (Palembang), bahong (Batak), semur (Bangka), bakueng (Minang-kabau).



Nama Asing
When cu lan (Tionghoa), Lelie (Belanda), Crinum lily, seashore crinum (Inggris), Plub-plueng (Thailand), Krinum bakung (Malaysia)


Sifat Kimiawi dan Efek Farmakologis

Rasanya pedas, tajam, dingin, dan agak beracun. Berkhasiat sebagai perangsang muntah (emetikum), penetral racun (antidotum), peluruh keringat (diaforetik), obat cacing (antalminitik), merangsang masaknya bisul, menghilangkan pembengkakkan (antiswelling), dan menghilangkan rasa sakit (analgesik).


Kandungan Kimia

Umbinya mengandung alkaloid berupa likorin, krinin dan asetilkorin, ibulin, dan methylanthanilate.


Bagian yang Dipakai

Umbi lapis, daun, akar, atau seluruh herba. Pemakaian segar atau kering.

Kegunaan
  • Sakit/radang tenggorokan (faringitis)
  • Sakit gigi
  • Sakit Pingggang (lumbago)
  • Kaki dan tangan bengkak
  • Pembengkakan kelenjar limfa
  • Luka terpukul (traimatic injury), bengkak (edema)
  • Rematik sendi, keseleo
  • Borok (ulcustripicum), bisul (furunkulus), patek (frambusa), radang kulit bernanah (pioderma).
  • Cacingan
  • Sudah buang air kecil (oliguria)
  • Keseleo
  • Dan lain-lain
Dosis Pemakaian
  1. Pemakaian luar : herba segar dicuci dan dihaluskan lalu ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit.
  2. Pemakaian dalam (minum) : 3-10 gram akar atau 15-30 gram daun, direbus lalu airnya diminum.
Pemakaia Luar


1. Sakit Gigi :

  • Akar bakung secukupnya dicuci dan digiling lalu ditempelkan pada tempat yang sakit
  • Akar bakung dicuci lalu direbus dengan air hingga mendidih, setelah dingin atau hangat digunakan untuk kumur-kumur lalu dibuang.
2. Kaki dan Tangan Bengkak (edema), Luka terpukul, rematik : daun bakung dioles dengan
    minyak kelapa (Cocos nucifera L.), dilayukan di atas api, lalu ditempelkan atau dililitkan
    pada bagian tubuh yang sakit.

3. Pembengkakkan Kelenjar Limfa pada selangkangan dan ketiak : daun bakung secukup-
    nya dua siung bawang merah (Allium cepa L.) dan gula putih secukupnya digiling lalu
    ditempelkan pada tubuh yang sakit.

4. Rematik Sendi :  daun bakung  dipanaskan di atas api kecil hingga layu kemudian diolesi
   dengan minyak wijen lalu ditempelkan pada tubuh yang sakit.

5. Sakit Pinggang (lumbago) : daun bakung dan 10 gram jahe merah (Zingiber officinale
    Rosc), dihaluskan lalu dibalurkan pada pinggang.

6. Keseleo :
  • Daun bakung dihangatkan di atas api kecil hingga layu lalu ditempelkan pada tubuh yang sakit
  • Daun bakung segar atau kering digiling hingga hancur, tambahkan arak putih dan tepung terigu yang telah digonseng secukupnya lalu ditempelkan pada tubuh yang sakit
  • Umbi bakung secukupnya digiling halus, tambahakan arak putih secukupnya, lalu ditempelkan pada tubuh yang sakit.
7. Borok (ulkustripikum), Bisul (furunkulus)
  • Umbi bakung segar dicuci dan diiris kecil-kecil, dipanasi sebentar kemudian ditempelkan pada kulit yang borok lalu dibalut.
  • Daun bakung secukupnya dicuci bersih lalu dijus, cairannya dioleskan pada tempat yang sakit
  • Daun dan tangkai bunga bakung segar dicuci dan dihaluskan, tambahkan sedikit madu, lalu ditempelkan pada bisul (furunkulus), radang kulit bernanah (pioderma), atau bengkak
8. Patek (frambusia) : Buah dan biji bakung dicuci bersih lalu dihaluskan, dicampur dengan
    tepung bedak beras dingin secukupnya, kemudian dibalurkan pada kulit yang sakit.

9. Luka,  luka karena benda beracun : Umbi bakung segar dicuci bersih lalu dihaluskan, lalu
    ditempelkan luka.

10. Mengatasi Buang Air tertahan/tidak lancar : daun bakung diolesi dengan minyak kelapa
      secukupnya lalu ditempelkan pada daerah kandung kencing.

Pemakaian Dalam
Luka akibat benda beracun atau gigit ular, perangsang muntah (emeticum) : 5-10 gram umbi bakung dicuci bersih lalu dihaluskan/dijus, disaring lalu airnya diminum dan ampasnya diletakkan pada tempat yang luka  kemudaian dibalut. Setelah memakai resep ini akan muntah sehingga membantu keluarnya racun.

Catatan
  1. Tumbuhan Bakung beracun, terutama umbinya, gunakan secara hati-hati
  2. Tanda-tanda keracunan yaitu sakit perut, diikuti dengan diare yang hebat, denyut nadi cepat, pernapasan tidak teratur, dan panas tinggi
  3. Pengobatannya : lambung cepat dipompa agar isinya keluar (dibuat muntah) kemudian minum teh kental atau boleh juga 40 cc cuka beras putih dan 30 cc jus jahe segar ditambah air secukupnya, dikumur-kumur dan jangan ditelan.
  4. Setiap pengobatan dilakukan secara teratur. Untuk penyakit berat tetap konsultasikan ke dokter.
Kategori Tumbuhan Berkhasiat Obat : Macam Tumbuhan Berkhasiat Obat

Anggrek Tanah/Bletilla Striata (Thunb.) Reichb.f.

Anggrek Tanah/Bletilla Striata (Thunb.) Reichb.f.
Anggrek Tanah
Bletilla Striata (Thunb.) Reichb.f.
Jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan medern seperti sekarang ini, sudah ribuan tahun obat dan pengobatan tradisional sudah ada dan salah satunya Anggrek Tanah/Bletilla Striata (Thunb.) Reichb.f.
Merupakan herba yang termasuk anggrek tanah, tinggi 15-50 cm. Umbi semu membulat dengan garis-garis yang berpusat pada satu titik. Daun berjumlah 4 atau 5, berkerut dan bentuknya lanset memanjang dengan pangkal serupa pelepah dan ujungnya runcing, panjang 8-29 cm dan lebarnya 1,5-4 cm, berwarna hijau. Bunga berwarna merah muda keunguan , tandan bunga bertangkai sangat panjang yaitu 15-20 cm dengan bunga 3-8 bunga. Daun kelopak hampir sama panjangnya dengan mahkota, tetapi sedikit sempit. Bibir berwarna merah muda dengan garis-garis yang berwarna ungu. Anggrek tanah tumbuh pada bermacam-macam keadaan tanah. Karena bentuk dan warna bunganya yang indah, banyak ditanam sebagai tanaman hias di halaman.

Familia : Orchidaceae 

Nama Daerah : Anggrek Tanah

Nama Asing : Pai cik, tze lan (Tionghoa), Bletilla (Inggris)

Sifat Kimiawi dan Efek Farmakologis
Rasa pahit, manis, dan kelat, agak sejuk. Berkhasiat sebagai pengelat (astringent), menghentikan pendarahan (hemostatic), anti-swelling, meningkatkan regenerasi jaringan.

Kandungan Kimia
Umbi mengandung pati, bletilla-glucomannan (D-mannose ; D-glucose = 3 : 1)

Bagian yang Dipakai
Umbi dikeringkan dan dijadikan bubuk.

Kegunaan
  • Ingus berbau tidak sedap
  • TBC (tuberculose)
  • Abses paru-paru
  • Batuk (tusis)
  • Batuk rejan (pertusis)
  • Radang saluran nafas (bronchitis)
  • Pendarahan lambung dan usus
  • Radang payudara (puting pecah dan bengkak)
  • Mata ikan, bisul (furunculus)
  • Herpes
  • Terkilir/keseleo
  • dan lain-lain
Dosis Pemakaian
  1. Pemakaian luar : umbi segar dihaluskan atau bubuk umbi ditambahkan air lalu dioleskan pada bagian yang sakit.
  2. Pemakaian dalam : 3-15 gram bubuk umbi (kering), diseduh atau direbus lalu diminum.
Pemakaian Luar
  1. Bisul (furunculus), herpes : 10 gram bubuk umbi anggrek tanah, 10 gram bubuk sambiloto (Andrographis paniculata Nees), dan air secukupnya diaduk sampai rata lalu dioleskan pada bagian kulit yang sakit. Lakukan secara teratur.
  2. Radang Payudara (mastiotis) : Bubuk umbi anggrek tanah dan putih telur masing-masing secukupnya, dioleskan pada payudara. lakukan secara teratur.
  3. Mata ikan : Bubuk umbi anggrek tanah secukupnya dan cuka beras putih secukupnya diaduk rata lalu dioleskan pada mata ikan.
  4. Terkilir : Bubuk umbi anggrek tanah secukupnya dan arak putih secukupnya diaduk sampai rata kemudian dioleskan pada bagian terkilir/keseleo.
Pemakaian Dalam
  1. Bronkhitis yang disertai batuk darah : 3-6 gram bubuk umbi anggrek tanah diseduh dengan air mendidih secukupnya kemudian diminum selagi hangat.
  2. TBC paru (tuberculose) : 30-60 gram pahap/umbi bunga lili (Lilium sp.) direbus dengan 500 cc air hingga tersisa 250 cc, tambahkan 9 gram bubuk umbi anggrek tanah kemudian diminum.
  3. Batuk (tusis) : 10 gram pahap/umbi bunga lili (Lilium sp.) dan 10 gram kulit jeruk Mandarin kering (Citrus nobilis Lour), direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, disaring lalu masukan 9 gram bubuk umbi anggrek tanah, kemudian diminum selagi hangat.
  4. Batuk rejan pada anak (pertusis) : Bubuk umbi anggrek tanah (sesuai dosis berdasarkan berat badan) diseduh dengan air mendidih secukupnya lalu diminum selagi hangat. Dosis sebagai berikut.
  • Usia anak kurang dari 1 tahun untuk berat badan per kg gunakan 0,15 gram bubuk umbi anggrek tanah (contoh berat badan 3 kg. bubuk umbi yang digunakan adalah 0,15 x 3 = 0,45 gram)
  • Usia anak lebih dari 1 tahun untuk berat badan per kg gunakan 0,20 gram bubuk umbi anggrek tanah (contoh berat badan 9 kg ; bubuk umbi yang digunakan adalah 0,20 x 9 = 1,80 gram)
    5. Abses paru-paru
  • 100 gram jali (Coix lachryma -jobi Bl.) direbus sampai lembut lalu masukkan 9 gram bubuk umbi anggrek tanah, kemudian dimakan.
  • 10 gram bubuk umbi anggrek tanah dan 1 butir telur ayam dikukus bersamaan sampai matang kemudian dimakan
   6.  Pendarahan lambung : 3-9 gram bubuk umbi anggrek tanah diseduh dengan air
        mendidih secukupnya lalu diminum selagi hangat.

   7. Sinusitis, ingus berbau tak sedap : 9 gram bubuk umbi anggrek tanah dan 10 gram
       bubuk sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) diseduh dengan air mendidih
       secukupnya kemudian diminum selagi hangat.

Catatan
  1. Umbi anggrek tanah disebut juga pai cik, umbi bunga lili disebut pahap. Keduanya dapat dibeli di toko obat Tionghoa.
  2. Setiap pengobatan dilakukan secara teratur. Untuk penyakit yang serius tetap konsultasi ke dokter.
Kategori Tumbuhan Berkhasiat Obat : Macam Tumbuhan Berkhasiat Obat

Kategori Tumbuhan Berkhasiat Obat

Macam tumbuhan berkhasiat Obat :
  1. Putri Malu/Mimosa pudica (Latin)
  2. Daun Dewa/Gynura segetum [Lour.] Merr./san qi cao (Tionghoa)
  3. Anggrek Tanah/Bletilla striata Thunb. (Latin)/Pai cik (Tionghoa)
  4. Binahong/Bassela rubra linn. (Latin)/Dheng San Chi (Tionghoa)
  5. Kumis Kucing/Orthosiphon aristatus.
  6. Bakung Putih/Crinum asiaticum L. (Latin)/Wen chu lan (Tionghoa)
  7. Begonia/Begonia sp (Latin)/Chiu hai thang (Tionghoa)
  8. Bugenfil/Bougenvillea glabra Choicy. (Latin)/Ye zi hua (Tionghoa)
  9. Bunga Kenop/Gomphrena globosa L (Latin)/Qian ri hong (Tionghoa)
  10. Bunga Matahari/Helianthus annuus L (Latin)/Xian ri kui (Tionghoa)
  11. Bunga Pagoda/Clerodendrum japonicum (Thunb) Sweet (Latin)/Bai jek hong (Tionghoa)
  12. Bunga Ros/Rosa Chinensis Jacq. (Latin)/Mei ren jiao (Tionghoa)
  13. Bunga Tasbih/Canna indica L. (Latin)/Mei ren jiao (Tionghoa)
  14. Bungur Kecil/Lagerstroemia indica L (Latin)/Zi wei hua (Tionghoa)
  15. Cempaka Kuning/Michelia Champaca L. (Latin)/Wang mien kui (Tionghoa)
  16. Cempaka Putih/Michelia alba DC. (Latin)/Pai yik lan (Tionghoa)
  17. Gandasuli/Hedychium coronarium Koen (Latin)/Chiang hua (Tionghoa)
  18. Hidrangea/Hydrangea macrophylla Thunb. (Latin)/Yang siu chiu (Tionghoa)
  19. Iris/Iris Tectorum Max (Latin)/Yuan wui (Tionghoa)
  20. Jengger Ayam/Celosia cristata L (Latin)/ Ji guan hua (Tionghoa)
  21. Kacapiring/Gardenia augusta merr (Latin)/San ize che (Tionghoa)
  22. Kamboja/Plumeria acuminata Ait (Latin)/Ji dan hua (Tionghoa)
  23. Kembang Coklat/Zephyranthes candida Herb. (Latin)/Zhong lan (Tionghoa)
  24. Kembang Kertas/Zinnia elegans Jacq. (Latin)/Bai ri zhik (Tionghoa)
  25. Kembang Mas/Asclepias curassavicva L (Latin)/Ma li chin (Tionghoa)
  26. Kembang Merak/Caesalpinia pulcherrima (L.) Sw. (Latin)/Siak tiek hua (Tionghoa)
  27. Kembang Pukul Empat/Mirabilis jalapa L (Latin)/Zi mo li (Tionghoa)
  28. Kembang Sepatu/Hibiscus rosa-sinensis :L (Latin)/Fu sang (Tionghoa)
  29. Kembang Sepatu Sungsang/Hibiscus schizopetalus (Mast.) Hook.f. (Latin)/Tiau ten hua (Tionghoa)
  30. Kembang Sungsang/Gloriosa superba L (Latin)/Cia lan (Tionghoa)
  31. Kemuning/Murraya paniculata (L.) Jacq. (Latin)/Jiu li xiang (Tionghoa)
  32. Kenanga/Canangium odoratum (Lamk.) Hook & Thomas (Latin)/Siang sui su (Tionghoa)
  33. Krisan/Chrysanthemum morifolium Ram. (Latin)/Chik hua (Tionghoa)
  34. Lili/Lilium formosanum Wall (Latin)/Pai hek (Tionghoa)
  35. Melati/Jasminum sambac (L.) Ait/Mo li hua (Tionghoa)
  36. Mondokaki/Ervatamia divaricata (L.) Burk. (Latin)/Chong banb ghou ya hua (Tionghoa)
  37. Nusa Indah Putih/Mussaenda pubescens Ait.f. (Latin)/Shau gan cao (Tionghoa)
  38. Oleander/Nerium indicum Mill (Latin)/Jia Zhu tao (Tionghoa)
  39. Pacar Air/Impatiens balsamina L (Latin)/Feng xian hua (Tionghoa)
  40. Pohon Merah/Euphorbhia pulcherrima Willd.et.Klotzsch (Latin)/Yi  ping hong (Tionghoa)
  41. Salvia/Salvia splendens Ker-gawl (Latin)/Xi yang hong (Tionghoa)
  42. Sedap Malam/Polianthes tuberosa Linn. (Latin)/Yek lai siang (Tionghoa)
  43. Siantan/Ixora stricta Roxb. (Latin)/Long chuan hua (Tionghoa)
  44. Tahi Kotok/Tagetes erecta L. (Latin)/Wan sou chik (Tionghoa)
  45. Tapak Dara/Catharanthus roseus (L.) G. Don. (Latin)/Chang cun hua (Tionghoa)
  46. Tembelekan/Lantana camara L. (Latin)/Wu se mei (Tionghoa)
  47. Teratai/Nelumbium nelumbo Druce. (Latin)/Lien (Tionghoa)
  48. Teratai Kerdil/Nymphaea tetragona Gerorgi.Cassia.Fistula L. (Latin)/Shui lien (Tionghoa)
  49. Trengguli/Cassia fistula L. (Latin)/Wang cin yi (Tionghoa)
  50. Tunjung/Nymphaea lotus L. (Latin)/Jo mao zhe yek sui lien (Tionghoa)
  51. Waru Landak/Hibiscus mutabilis L. (Latin)/Mu fu rong (Tionghoa)
  52. Widuri/Colotropis gigantea Dryand. (Latin)/Niu chio hua (Tionghoa)
  53. Wijayakusuma/Epiphyllum axypetalum Haw. (Latin)/Tan hua (Tionghoa)
  54. Wudani/Quisqualis indica L. (Latin)/She chin zhe (Tionghoa)
  55. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)
  56. Asam Jawa (Tamarindus indica Linn)



Tumbuhan Berkhasiat Obat

Efektivitas Proses Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Perkembangan pengobatan tradisional kedokteran Timur telah sejalan dengan perkembangan kedokteran Barat yang telah diakui dunia Internasional, dengan pengakuan badan kesehatan dunia (WHO). Pengobatan dengan pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat bahkan telah mencapai perkembangan yang ditandai dengan adanya perguruan-perguruan tinggi internasional yang mengkhususkan pada pemikiran pengembangan obat dan pengobatan secara teoritis maupun praktis klinis. Perkembangan seperti inilah yang hendak dicapai.
Dalam pemanfaatan dan penggunaan tumbuhan berkhasiat obat ini, perlu diketahui secara pasti bagaimana tata cara pengkomposisiannya dalam memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat untuk mengatasi berbagai jenis penyakit secara efektif. Oleh karena itu, penulisan artikel tumbuhan berkhasiat obat ini hadir untuk menguraikan secara menyeluruh seputar tumbuhan obat secara terperinci dan disertai pemanfaatannya.
Selain itu, penulisan artikel tumbuhan berkhasiat obat ini pun menguraikan secara tuntas formulasi tumbuhan berkhasiat obat yang merupakan sumber pengetahuan farmakolgi kedokteran Timur, yang merupaka hal terpenting dalam proses ilmiah tumbuhan berkhasiat obat, sehingga menghasilkan obat dan pengobatan yang efektif.
Berikut ini proses bagi efektivitas tumbuhan berkhasiat obat.

A. Introduksi
Perlu diketahui bahwa komposisi untuk membuat obat dari tumbuhan berkhasiat obat berbeda-beda. Secara mendasar diperlukan persiapan dan formulasi takaran yang tepat agar pengkomposisiannya baik dan tentu saja berkhasiat bagi tujuan yang dimaksud. Artikel ini pun telah dilengkapi dengan beberapa bahasa farmakologi kedokteran Timur dan ilustrasi gambar sebagai berikut :
  • Bahasa Latin, merupakan bahasa universal yang lazim dipergunakan dalam literatur.
  • Bahasa Istilah, merupakan persamaan kata (kata lain) yang lazim dipakai.
  • Bahasa daerah, merupakan sebutan yang dipergunakan pada setiap daerah.
  • Bahasa Asing, merupakan sebutan untuk tumbuhan obat yang dipergunakan di manca negara, misalnya bahasa Tiongkok karena negara Tiongkok inilah diperoleh referensi terlengkap seputar tumbuhan berkhasiat obat.
  • Ilustrasi gambar (foto tumbuhan) full color, baik daun, buah, bunga, umbi, maupun bagian lainnya yang berguna sebagai penunjang uraian tumbuhan berkhasiat obat agar para para pembaca dapat mengetahui ciri khusus tumbuhan berkhasiat obat yang dimaksud, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mencocokkan dan mencirikan tumbuhan berkhasiat obat yang dimaksud sehingga dapat mengenalinya dengan tepat dan benar.
B. Proses Pengambilan
Untuk Menghasilkan pengobatan yang efektif, dalam menggunakan tumbuhan berkhasiat obat sebaiknya, memperhatikan beberapa hal :
  • Daun; sewaktu tumbuhan mulai berbunga, daun dapat dipetik untuk dimanfaatkan sebagai bahan obat.
  • Buah; pada umumnya, yang dimanfaatkan sebagai bahan obat adalah buah yang telah masak.
  • Bunga; untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat, sebaiknya bunga diambil sebelum mekar, atau sebaliknya setelah mekar secara sempurna.
  • Umbi, rimpang, akar, dapat diambil untuk bahan obat ketika proses pertumbuhannya telah sempurna.
C. Pembersihan dan Sterilisasi
Tumbuhan berkhasiat obat harus terlebih dahulu dibersihkan dengan air bersih secara berulang-ulang agar debu, kotoran pasir, maupun tanah yang melekat dapat dihilangkan. dan merupakan tindakan untuk meminimalisasi efek toksin yang ada pada tumbuhan berkhasiat obat. Sterilisasi dilakukan melalui proses perebusan dan pemasakan, sehingga menghasilkan bahan-bahan obat yang bebas dari bakteri.

D. Persiapan dan Pengeringan
Dalam mempersiapkan dan mengeringkan tumbuhan berkhasiat obat, perlu memperhatikan beberapa hal berikut :
  • Tumbuhan berkhasiat obat yang akan dipakai, setelah dibersihkan kemudian dipotong-potong, agar saat perebusan zat-zat yang terkandung di dalamnya akan mudah keluar dan meresap dalam rebusan.
  • Proses pengeringan dilakukan dengan cara menjemur, diangin-anginkan, atau dikeringkan dalam ruangan khusus.
  • Dalam proses pengeringan tumbuhan berkhasiat obat tertentu juga dapat dicampurkan dengan madu atau cuka beras atau jahe. Caranya : tumbuhan berkhasiat obat yang telah kering disangrai bersama bahan campuran yang ingin digunakan, misalnya madu, cuka beras, ataupun jahe. Setelah disangrai, tumbuhan berkhasiat obat yang telah tercampur dijemur kembali. Hal ini umumnya dilakukan dengan tujuan agar tumbuahn berkhasiat obat lebih efektif atau menetralkan toksin yang ada dalam tumbuhan.
  • Ada juga tumbuhan berkhasiat obat yang harus direndam beberapa hari sambil diganti airnya secara kontinyu, tujuannya untuk mengurangi toksin yang terkandung dalam tumbuhan tersebut. Setelah melalui proses perendaman tadi, tumbuhan obat tersebut dikeringkan dan siap digunakan, misalnya umbi gadung.
E. Formulasi, Preskripsi (Resep), dan Komposisi
Untuk penderita beberapa jenis penyakit, tidak bisa hanya dengan menggunakan satu jenis tumbuahn berkhasiat obat. Dibutuhkan formulasi dan komposisi yang tepat agar tidak menimbulkan kontradiksi satu sama lainnya. Sebaliknya, satu sama lainnya harus saling menunjang dan mendukung untuk dapat menghasilkan pengobatan efektif. Contohnya, kasus penyakit batu ginjal akan menggunakan keji beling yang berkhasiat untuk menghancurkan batu ginjal hingga menjadi butiran dan larut dalam air seni. Agar air seni dapat mengalir lancar, pengobatan terhadap batu ginjal pun memerlukan pendamping untuk meluruhkan air seni. Untuk itu formulasi tumbuhan obat untuk batu ginjal ditambah dengan kumis kucing, daun sendok, rambut jagung, akar alang-alang, dan sebagainya yang berkhasiat sebagai peluruh air seni. Untuk menyeimbangkan keduanya, diberikan tambahan tumbuhan berkhasiat obat sebagai anti radang seperti pegagan, sambiloto, dan lain-lainnya. Dari semua itu, lahirlah komposisi preskripsi (resep) tumbuhan obat untuk batu ginjal yaitu : keji beling, kumis kucing, daun sendok, akar alang-alang, daun sambiloto, meniran, pegagan, dan rambut jagung. Kedelapan tumbuhan berkhasiat obat itu berfungsi sebagai motor penggerak sekaligus pendorong agar mobil berupa tubuh manusia dapat berjalan/berfungsi kembali dengan normal. Komposisi preskripsi ini digunakan untuk mengkombinasi perbedaan pengaruh tumbuhan berkhasiat obat terhadap jenis-jenis penyakit. Hal ini merupakan prinsip esensial dari terapi pengobatan tradisional yang berdasarkan : formulasi, prekripsi, dan komposisi.

F. Jenis-jenis Preskripsi
Ada beberapa jenis preskripsi yang dipergunakan dalam pengobatan dengan tumbuhan berkhasiat obat, yaitu sebagai berikut.
  • Prekripsi berat, digunakan jika daya kerja obat cepat dan banyak memiliki jenis serta memiliki dosis pemakaian yang tinggi. Selain itu, memiliki pula efek sedasi (obat penenang).
  • Preskripsi ringan, dikomposisikan jika obat memiliki daya kerja yang cenderung lambat dan memiliki varietas yang sedikit serta memiliki dosis yang rendah pula.
  • Preskripsi lunak, dikomposisikan jika obat memiliki daya kerja yang relatif sedang (tidak lambat atau tidak cepat)
  • Preskripsi penting, digunakan jika obat memiliki daya kerja yang sangat cepat/tinggi.
  • Preskripsi kompleks, dikomposisikan atas perbedaan efek dan sebagian besar digunakan untuk penyakit yang komplikatif.
  • Preskripsi gabungan, diformulakan untuk penggunaan preskripsi yang mengkombinasikan lebih dari satu preskripsi tumbuhan berkhasiat obat.
G. Konsep Preskripsi : Utama, Asisten, Ajudan, dan Pesuruh
  1. Utama, merupakan tumbuhan berkhasiat obat yang diformulasikan sebagai tumbuhan obat yang pokok dalam pengobatan.
  2. Asisten, merupakan tumbuhan berkhasiat obat yang mendukung tumbuhan berkhasiat obat yang utama dalam mencapai efektivitas tujuan pengobatan.
  3. Ajudan, merupakan tumbuhan obat yang formulasinya sebagai pembantu yang mendukung kesempurnaan tumbuhan berkhasiat obat dalam mengatasi penyakit.
  4. Pesuruh, merupakan tumbuhan obat yang diformulasikan sebagai pelengkap dan penyeimbang dan tetap dalam satu jalur untuk dapat menyatukan formulasi preskripsi dalam mencapai efektivitas tujuan dalam pengobatan.
H. Penggunaan Air
Air yang digunakan dapat berupa air sumur, air dari mata air, air pegunungan, air ledeng, dan sebagainya yang memenuhi kriteria air tawar bersih dan tidak mengandung zat kimia atau zat-zat yang lainnya. Jangan menggunakan air teh, softdrink, dan sebagainya untuk merebus. Dalam merebus obat tergantung pada penggunaan bahan/tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan, apakah dalam keadaan kering atau segar. Untuk tumbuhan yang kering dapat mempergunakan air melebihi tumbuhan berkhasiat obat yang akan direbus/dimasak, sehingga air dapat merendam tumbuhan berkhasiat obat (sebanyak 600-1000 cc), karena tumbuhan yang kering akan banyak menyerap banyak air sehingga dalam memasaknya memerlukan banyak air. Adapun untuk tumbuhan segar/basah dapat mempergunakan air sebanyak 400-600 cc, karena tumbuhan yang segar tidak banyak menyerap air.

I. Wadah Perebusan
Wadah yang diperlukan untuk merebus tumbuhan berkhasiat obat adalah pot keramik, pot tanah, panci email/enamel. Jangan digunakan panci yang terbuat dari besi, alumunium, atau kuningan, karena memiliki kandungan zat iron trichloride dan ferryanide yang menimbulkan endapan pada air rebusan tumbuhan obat dan menimbulkan racun. Dan sebagian tumbuhan ada yang mengandung tannin/tannic acid dan flavone, bila tercampur maka akan menurunkan efektivitas tumbuhan obat dalam mengobati penyakit.


Kategori Tumbuhan Berkhasiat Obat : Macam Tumbuhan Berkhasiat Obat

Herbal | Khasiat Tumbuhan | Khasiat Tanaman | Khasiat Tanaman Bunga | Tanaman Herbal | Tumbuhan Herbal | Manfaat Tanaman | Manfaat Tumbuhan | Kegunaan | Sifat Kimiawi | Efek Farmakologis | Kesehatan | Farmasi | Prescription | Komposisi | Resep | Akar | Daun | Bunga | Buah | Umbi | Benangsari | Kelopak Daun | Biji | Seluruh Herba | Batang | Formulasi | Efektivitas | Pemanfaatan | Sumber | Tumbuhan Obat | Tanaman Obat | Farmakologi Kedokteran Timur | Kedokteran | Rimpang | Polong-polongan | Bahan Obat | Kandungan | Zat | Kontradiksi | Toksin | Sterilisasi | Badan Kesehatan| Praktisi Klinis | Pengobatan Tradisional | Familia | Kandungan Kimia | Dosis Pemakaian | Pahap | Obat Tionghoa | Divisi | Genus | Spesies | Tanaman Hias | Pemakaian Luar | Pemakaian Dalam | Health | Efficacy Plants | Benefits of Plants | Traditional Medicine | Perdu | Medicinal Materials | Medicinal Herbs | Medicinal Plants | Medicine